Minggu, 13 Juli 2008

Tapi inilah hidup, semuanya harus diperjuangkan

Singkat saja, di bogor saya adalah sebatangkara. Hari pertama, saya lewatkan dalam sepi ditingkah derai hujan yang tiada hentinya. Dalam godaan perut lapar, adalah langkah cerdas berjalan kaki dari rumah kost di daerah babakan menuju deretan toko-toko di daerah otista, sekali lagi dalam basah hujan yang tiada hentinya, dalam dekapan dingin malam menjelang pukul delapan tepatnya.

Sebungkus roti tawar adalah obat yang paling membahagiakan untuk sebuah kenekatan karena ketidaktahuan akan arah timur dan barat daya.

Disambut ruang kuliah fisika yang angkuh dan tinggi, dengan bangku kayunya yang tua serta seliweran aneka legenda yang ditiupkan kakak-kakak pendahulu kami, disana saya memulai segalanya. Mendapatkan jas praktikum dan buku warna biru muda, serta perintah membeli kalkulator yang rumit dan mahal harganya.

Kuliah dan ujian sabtu yang menekan. daftar nilai di papan dekat jendela kaca. Nilai D adalah dosa kami terbayang wajah orangtua, dan nilai A adalah derai tawa lepas menuju kantin di bawah pohon beringin besar sana.

Tapi inilah hidup, semuanya harus diperjuangkan.


Tidak ada komentar: