Saya mengenal dia sepanjang hidupnya, hingga kini. Dia Lafuneste, dan itu saya. Mengapa Lafuneste, sebenarnya tak jelas benar asal muasalnya.
Dia bermula dari sebuah nama fiktif untuk bergaya ala anak SMA. Dari sebuah SMA di pinggir kota Semarang, nama itu awal lahirnya. Ditorehkan oleh saya, setiap senin di majalah dinding di seberang ruang guru dalam kotak berbingkai kaca. Ditorehkan dengan pena bertinta hitam buatan jerman, setiap minggu sepanjang tahun.
Darinya mengalir banyak cerita, banyak angan yang diterbangkan angin dari barat dan utara, ditingkah bau anyir Kali Banger di depan sana.
Dalam Lafuneste, aku mengenang masa-masa tanpa dosa. Dalam Lafuneste, aku mengenang kegembiraan masa remaja dan kenakalan anak menjelang dewasa. Maka itulah Lafuneste. Darinya mengalir banyak sekali cerita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar