Kamis, 07 Februari 2013

Surat seorang Ayah untuk Anak-Anaknya






Assalamu'alaikum anak-anakku,

Hari ini matahari ceria, tak seperti kemarin yang selalu bergayut mendung.
Mungkin matahari melihat senyum kalian tadi pagi saat berangkat ke sekolah.
Semoga bahagia harimu hari ini di sekolah, nanti kita nikmati lagi makan bareng di warung tenda sebagaimana tradisi kita di hari jumat.

Anakku, maafkan ayah kalau surat ini mengganggu keceriaanmu.
Mungkin besok atau lusa kita akan jarang bertemu lagi, 
kita akan jarang bisa berdebat dan berdiskusi.
Ayahmu punya banyak salah yang harus ditebus.

Maafkan ayah karena selama ini tak bisa membahagiakanmu, 
sebagaimana teman-teman kalian yang diantar dengan mobil mengkilap yang interiornya berbau wangi.
Jangankan mobil, untuk memberi uang sakupun ayah sudah tak sanggup lagi

Maafkan ayahmu karena sering menghardik karena kalian malas belajar atau malas sholat,
Karena, Tak ada lagi yang bisa ayah bawa ketika mati selain ilmu yang bermanfaat serta doa kalian : anak-anak yang sholeh.

Maafkan ayah karena tak bisa selalu menungguimu belajar, karena ayah harus terus mencari peluang agar bisa sekedar bertahan hidup dan makan.
Tapi, Tak akan ada yang bisa menghapus rasa lelah serta menghentikan keringat ayah kecuali senyum ceria kalian.

Maafkan ayah, karena saat kalian melewatkan masa kecil dulu, ayah juga sering tak bisa bersama kalian.
Bekerja dan bekerja dari pagi hingga malam mengejar materi yang berbuah kesia-siaan.

Maafkan ayah, karena-mungkin- ayah tak bisa menyaksikan kalian tumbuh dewasa menjadi orang-orang yang pintar, karena ada perjuangan dan prinsip yang akan ayah tegakkan.  
Hidup tanpa prinsip, akan menjadi apa gerangan.  Kadang, walau sulit, arus kehidupan harus kita lawan, karena kebanyakan kita tumbuh kuat karena perlawanan.

Maafkan ayah, tak bisa menyediakan harta yang berlimpah.  Yang ayah punya hanya semangat yang tak kunjung padam.  Ayahmu dulu orang susah, maka apa sulitnya menjadi orang susah kini? 

Ayah tahu, kalian selalu menangkap apa yang telah ayah sampaikan tentang hidup dan kehidupan.  
Tentang benar atau salah, tentang prinsip dan tujuan hidup.  Hanya itu bekal yang bisa ayah bagikan.

Banyak kesalahan ayah yang tak patut kau tiru, karena ayah juga manusia.  Ayah hanya berusaha menjadi manusia yang sebaik-baiknya.

Maafkan ayah dan selamat menggapai masa depan.

Wassalamu'alaikum

Dari,

Ayahmu yang berlumur salah.