Minggu, 26 Oktober 2008

Bertemu orang sukses (Part II)


Teknologi mempermudah segalanya. Dan saya membuktikannya.

Kemarin, saya berbincang cukup hangat selama dua jam lebih di sebuah kedai di Sentul, dengan teman lama yang sudah tujuh tahun tak bersua. Betley namanya.

Dia dulu saya kenal, karena kami sempat satu kantor di majalah TEMPO tahun 2000. Umurnya masih sangat muda, paling tidak dibandingkan dengan saya. Kami berbeda bagian, dan jabatan kami juga terpaut lumayan jauh. Tapi, dari gerak-gerik dan sorot matanya, memang Betley sudah saya duga akan menjadi manusia yang luar biasa. Kegigihannya kuliah sambil bekerja -dulu- cukup membuktikan bahwa Betley cukup punya semangat yang tak bisa hanya disiram dengan air hura-hura-yang biasa dilakukan anak seusianya. Namun, itu yang tak dibaca bos-bos kami di sana dulu. Betley sempat kecewa.

Kami berpisah di awal 2002, dia melanjutkan sekolahnya ke Inggris. Sejak itu kami sudah tak pernah bersua.

Hingga suatu kali, beberapa hari yang lalu, melalui situs perkawanan FACEBOOK, saya menemukan dia. Tak tanggung-tanggung, kawan saya ini sudah menjadi pemimpin tertinggi, sekaligus pemilik, sebuah perusahaan IT yang cukup disegani di Indonesia. Kami berkontak di dunia maya.

Ternyata, kisahnya tak mulus seperti jalan yang diaspal hotmix. Tekad untuk tak tergantung pada orang lain, membulatkan niatnya untuk menjadi seorang entrepreneur. Bermodal uang pinjaman, dia jalani hidup di Jakarta yang keras (sepulang dari Inggris) menjadi freelance consultant. Posturnya cukup tambun, tapi dia tak punya pilihan selain menjadi motoris. saya bayangkan itu sangat menyiksa, tapi itulah Betley si Pejantan tangguh.

Hidup dijalani dengan keras, penghasilannya bahkan kadang tak cukup untuk makan. Tapi itulah hidup, katanya dalam blog pribadinya : sopo sing ubet, ngliwet. Siapa yang mau bekerja keras, yang bisa menanak nasi. Tempaan hidup tidak membuat Betley menyerah, justru memacunya menuju level tertinggi.

Kini--- setelah jungkir balik : diremehkan dan disepelekan orang --- hampir semua bank papan atas di Indonesia telah menjadi kliennya, bahkan sebuah bank syariah terkemuka mempercayakan sistemnya dibangun oleh perusahaan yang dipimpin Betley. Hak franchisee sebuah lembaga pendidikan juga telah dimilikinya. Kini Betley telah menikmati hasil kerja keras dan tempaan cobaan yang diterimanya. Dia menjadi kuat dan berhasil.

Dan kemarin, saya menemukan Betley telah menjadi pribadi yang sukses. Dengan segala mimpi dan obsesinya, yang pasti akan dikejarnya. Dan, sebagai teman, saya hanya bisa mendukung dan mendoakannya.

"Sopo sing ubet, ngliwet".