Selasa, 21 Desember 2010

Jalan Bogor-Ragunan


(Terilhami dari Jalan Bogor-Jasinga : Kumpulan Sajak Sepatu Tua, Rendra)

Anakku, hari ini kalian telah belajar banyak wacana


Perjalanan dengan tujuan adalah sebuah keindahan

karena tujuan membuat kita mudah memilih jalan

maka, tentukan tujuan hidupmu agar kalian mudah memilih jalan

Anakku, dari jalan antara Bogor sampai Ragunan
Kalian juga belajar bahwa keyakinan kuat akan menghapus ketakutan
bayang-bayang sering lebih seram dari kenyataan
maka, buatlah sebuah keyakinan bila sudah memilih jalan

Anakku, di atas sadel motor hitam bapakmu
Kalian mencerna bahwa hidup bukan untuk terlalu banyak bicara
atau terlalu banyak mendengar tapi tak berbuat apa-apa
maka, lakukanlah apa yang telah kau yakini dan rancang jalannya : jangan menunda

Berdebatlah dengan orang pintar, sehingga engkau jadi pintar
Bergaulah dengan orang kuat, maka engkau akan jadi kuat
Bertemulah dengan banyak juara, kelak engkaupun akan jadi juara

Jarak kota kita hingga Ragunan
barangkali tak sampai satu persen panjang hidup kita
tapi semoga pelajaran penting hari ini
di antara macet pasar Pondok Labu dan nikmat rehat siang di masjid pinggir jalan
menjadi pelajaran yang sempurna, bahwa hidup harusnya tak cuma mengalir saja

Tentukan tujuanmu, dan aku -bapakmu- akan membantu menyempurnakannya

----------------------------------------------

Untuk Alifa dan Diva,
Dari Perjalanan Bogor - Ragunan hari ini (201210)

Senin, 20 Desember 2010

Seorang tukang soto dengan istri dan anaknya


Tadi pagi, matahari belum terik sinarnya
di pinggir jalan yang berdebu
dengan truk tanah ramai melintas

Anak kecil itu nampak belum punya dosa
rona mukanya bercahaya, dibalut selendang kumal ibunya
ayahnya tukang soto sederhana
di sebuah pojok dekat bintaro sana

Hidup ini terasa indah buat mereka
bapak anak dengan gerobak sotonya
mengangsurkan selembar limaribu perak
untuk menyicil hutang pada petugas bank pasar
dengan senyum kemenangan
Nak, hari ini bapakmu berhasil menaklukan dunia !

Aku kecut malu dihadapan mereka
betapa tak bersyukurnya aku yang masih menyimpan selembar limapuluh ribu
dalam lindungan terpal lusuh yang menaungi gerobak soto reyot
di depan pom bensin yang berdebu
mereka bersendagurau dan tertawa
bapak dan anak dengan gerobak sotonya

Mobil bagus dengan ac yang dingin
pekerjaan hebat dengan jabatan tinggi
tak bisa menciptakan tawa seperti mereka
senda gurau lepas karena telah menaklukan dunia
dengan lembar-lembar seribu dan recehan sekedarnya

maka inilah dunia
bila uang yang kau kejar, maka kau hanya mendapat uangnya
tak ada canda ceria dengan anak yang rona mukanya bercahaya
dengan baju kumal yang entah berepa hari tak ketemu gantinya

tapi tak demikian bila bahagia yang kau kejar
tukang soto dengan gerobak sederhana itu buktinya
mustinya aku bisa banyak belajar dari dirinya

Selasa, 07 Desember 2010

Soliloqui untuk Alifa dan Diva


Nak, hari ini aku minta maaf
hanya bisa mengajakmu sarapan pagi
di kedai bubur pinggir kali

yang pembeli lain makan sambil mengangkat kaki ke atas kursi

Nak, perjalanan hari ini penuh angin
dan tentu debu yang berterbangan kesana kemari

motor bapakmu ini jadi saksi
betapa besar keinginanku membuatmu tersenyum sesekali

Tak ada baju bagus dan sepatu mahal buatmu hari ini, Nak
hanya deretan buku-buku petualangan di atas rak
dan centang perenang ilmu pengetahuan
yang barangkali bisa jadi bekalmu

Nak, tak ada emas rajabrana di lemari
atau parfum wangi di atas meja
hanya ini yang bapakmu punya
mimpi besar dan setinggi luar angkasa

Nak, bapakmu tak punya mimpi tersembunyi
mimpi bapakmu buat kamu : anak-anakku
bahwa suatu saat mimpi besar itu bisa membawa kalian
menjelalah dunia, menaklukan alam dan mencatatnya

----------------------------------------------------------------------------

Bogor, 6 Desember 2010
Antara Katulampa-Ciawi bersama Divaprillia
Untuk mereka : Alifa dan Diva