Kamis, 21 Oktober 2010

Belajar dari Teman saya, Rudi


Profilnya cukup kondang sekitar lima tahun lalu. Majalah atau suratkabar mana yang tidak memuat sosok gagahnya, dengan jas dan dasi, menerima berbagai penghargaan atas prestasi yang cukup moncer dalam bidang pemasaran. Lima belas tahun dia berkarir di perusahaan hebat itu, dan kirinya melesat cepat.

Sebut saja, sahabat saya ini, namanya Rudi. Kemarin sore sosoknya kelihatan jauh berbeda dengan penampilannya di media beberapa tahun silam. Kurus, dengan muka tirus pucat pasi : menghapus semua kesan sukses yang melekat di parasnya. Dia terbaring sakit. Kata sang istri, Rudi menderita sering sakit setelah berbagai usaha yang dijalaninya gagal, dan membawa ke jurang kebangkrutan. Dalam sakitnya, Rudi masih sering bangga dengan prestasi masa lalunya, dan itu yang memperparah keaadannya.

Rudi adalah sosok berprestasi di perusahaannya, dulu. Beberapa peluncuran produk baru yang ditanganinya hampir selalu sukses. Dia organisatoris yang baik, jangkauan "kuasanya" adalah memanajemeni hampir 25 orang anak buah yang sudah terkenal handal. Kombinasi yang pas : bos yang hebat, anak buah yang handal dan perusahaan (dengan merek produk) yang kondang.

Hingga saat itu tiba. Perusahaan tempatnya bekerja diakuisisi oleh sebuah mogul bisnis mancanegara. Rudi, tak seiring dengan bos barunya, dan memutuskan mengambil program pensiun dini : dengan penuh keyakinan akan keberhasilan, berbekal reputasinya di masa silam.

Hidup yang baru sudah dimulai.

Dalam kurun lima tahun terakhir, dengan uang pensiun dini yang didapatnya, dijalaninya beberapa usaha. Joint dengan teman-teman atau bekerja sendiri. Dari distributor produk perusahaannya dulu yang kemudian hancur lebur, hingga -saat jatuh sudah sampai dasar- Rudi berkeliling berjualan sepatu di event-event musiman.

Nyaris, tak ada lagi bekas kepiawaiannya yang dulu banyak diganjar penghargaan.

Rudi, jatuh dalam jurang kekecewaan yang dalam. Jangankan mantan atasan, tak seorangpun mantan anak buah yang dulu disebut handal : datang menengok dan memberinya semangat. Hanya istrinya yang setia menemani dan terus memompanya dengan semangat. Rudi jatuh dalam penyesalan, bahwa apa yang telah diputuskannya salah besar. Dia merasa telah kehilangan kuasa, teman dan dukungan merek terkenal (yang dulu didapatnya dari perusahaan).

Mendapatinya kini dengan badan kurus, mka tirus dan pucat : saya sangat iba.

Dapatkan kita tarik sebuah pelajaran dari Rudi, yang manager penjualan hebat dari sebuat perusahaan terkenal itu. Dulu, semua meng-elukannya, bos, anak buah, teman dan relasi. Dulu semua memuji dan menghargai; tapi kini dia terseok di pojok yang sepi.

Sering dalam kehidupan, kita terlena akan sebuah "penghargaan semu". Cobalah berkaca, jabatan kita di kantor membuat atasan kita memuji dan anak buah kita menghargai. Semua klien menerima kita dengan besar hati.

Tapi, apakah sikap itu ditunjukkan pada kita : sebagai diri kita sendiri? . Prestasi kita sebenarnya adalah prestasi dari perusahaan atau produk yang kita tangani.

Kita dibelenggu oleh prestasi masa lalu, dan celakanya. banyak dari kita hanya bangga saja dengan masa lalu, tanpa tahu masa depan akan seperti apa. Sehingga banyak kesempatan besar di depan mata, dibiarkan lewat begitu saja.

Di dunia nyata, banyak penghargaan semu menjebak kita. Rudi buktinya. Kehandalannya "tidak berbunyi" ketika dia berada di luar sana. Dan cobalah kita ber-introspeksi, berapa banyak sahabat dan teman, yang kita ciptakan bukan dari kaitan pekerjaan kita di kantor. Berapa besar peran kita di dunia nyata, karena "diri kita sendiri", tanpa embel-embel jabatan, kehebatan anak buah, ketenaran perusahaan atau kekondangan merek produk yang kita pasarkan.

Kenyataan hidup tersulit adalah menjadi diri sendiri, dan keluar dari banyak "bayang-bayang" masa lalu. Sebelum semua terlambat -seperti Rudi- adalah baik memulai keluar dari berbagai "bayang-banyak" itu sedari dini.

Pasarkan keahlian atau produk anda sendiri dari kini, InsyaAllah, peluang anda sukses akan lebih cepat ketimbang menunda nanti-nanti. karena pada dasarnya kita hidup di masa kini untuk masa depan nanti. Selamat menjadi diri anda sendiri.

Semoga menginspirasi.

Tidak ada komentar: