Senin, 18 Januari 2010

Belajar dari David Silver di San Quentin State Prison


Namanya David Silver. Dia bukan kyai atau sejenisnya. David, adalah penjahat paling top diantara penghuni barak ber-keamanan maksimum di San Quentin State Prison, sebuah penjara paling tua dan terkenal "angker" di Amerika sana.

Cerita ini saya dapat dari reportase khusus Louis Theroux dari BBC knowledge yang ditayangkan di saluran TV berbayar dalam kamar saya tadi baru saja.

David Silver -tak tanggung-tanggung- menjalani masa hukuman 11 kali seumur hidup (atau setara 500 tahun), artinya tak ada kans untuknya bisa bebas. Reputasinya luar biasa : merampok dan membunuh korbannya dengan kekejian di luar batas akal normal manusia, membuatnya sangat disegani di kalangan narapidana geng negro maupun geng kulit putih di sana. Dalam tayangan itu bercerita, bahkan ketika makan siangpun si David mendapat perlakuan sangat istimewa : barangkali-dalam bayangan saya - seperti Dr Hannibal Lecter dalam Trilogy-nya Thomas Harris.

Tapi, BBC mengungkapkan sisi manusia David, yang membuat kita harus banyak merenung dan belajar darinya.

Davis sadar akan reputasinya. Dia adalah sosok paling disegani di seantero penjara San Quentin. Orang lain di sana bahkan akan langsung mengkerut nyalinya cukup dengan mendengarkan namanya. Namun, ironi bagi David.

Dia berkata, tak akan mengambil kesempatan keluar dari penjara (bilapun bisa) : hidup normal sebagai manusia bebas di dunia segar dan nyata. Kegamangan besar David juga melanda melanda sebagian besar narapidana di sana.

Karena ketika dia bebas, berada di dunia luas sana : David bukan siapa-siapa. Di penjara bolehlah dia menjadi "tokoh" yang hebat luar biasa, namun tetap saja di dunia nyata di luar penjara orang tidak akan peduli akan eksistensinya.

Maka David Silver mengajari kita untuk melihat ke dalam diri kita sendiri. Di lingkungan kita, barangkali, kita adalah bos besar dengan kuasa luar biasa. Seorang pimpinan dengan wewenang luas dan kekuatan besar mengendalikan dunia.

Tapi, sebenarnya siapa kita di luar lingkungan kita? Adakah kita menjadi seseorang (yang memberi manfaat) atau bukan siapa-siapa?

Dalam setiap kesempatan saya berusaha mengingatkan diri sendiri juga para mitra serta distributor-distributor saya. Ambil kesempatan untuk berada di luar di lingkungan kita sekarang. Lewati batas tembok yang menghalang, bertemu dengan orang-orang yang belum pernah kita kenal sebelumnya.

Tulislah pengalaman-pengalaman berharga, yang sedih dan bahagia : untuk bisa memberikan inspirasi pada sesama. Buatlah buku, website atau blog yang -barangkali- sederhana saja. Tapi isilah media itu dengan pengalaman kita yang paling berharga. Berbagilah, walau hanya cerita.

Maka, saran saya : mumpung nge-blog belum dikenai biaya, kita mulai "menjadi seseorang" bagi manusia-manusia lain yang belum pernah kita kenal sebelumnya. Berikan manfaat dengan jatuh bangunnya kita membangun sebuah usaha yang bersahaja, dengan satu kata : inspirasi.
Tulislah, walau sebaris cerita.

Dari sana, semoga kita tak menjadi David Silver di San Quentin yang perkasa, tapi gamang bebas karena takut tak menjadi siapa-siapa di dunia nyata. Toh, tak ada ruginya berbagi cerita.

Maka Bismillah...action !

Tidak ada komentar: