Rabu, 03 November 2010
Soliloqui dari Bogor yang makin tua
Ini adalah malam ketika bulan masih muda
Jalan Pajajaran sudah sunyi
angin enggan berdesis-desis menyanyi
para waria sibuk memoles dan mematut diri
dalam balutan pakaian seksi
mereka mulai beraksi, dan malam makin tua
Bayangan gedung paska sarjana gelap tanpa cahaya
terkantuk dalam kotak, satpam yang berjaga
barangkali dia bermimpi tertawa bahagia tidur dalam dekapan istri dan anaknya
pepohonan tua di takol juga sudah kehilangan bayangannya
kalah wibawa dan takluk pada gedung megah gemerlap di sebelahnya
dua puluh tahun lalu
kami, para mahasiswa miskin, menghabiskan waktu di sana
berpura-pura belajar, agar lupa rasa lapar yang mendera
dalam hijau rumput di lapangan depan ruang kimia
kami berdiskusi dan berdebat seolah akan menguasai dunia
Ini adalah malam air sungai ciliwung berwarna coklat tua
alirannya yang membelah jalan riau dan kebun raya saat hujan tiba
mengingatkan banyaknya kemarahan yang sia-sia
kemarahan karena dan kebingungan dan kesulitan yang mendera
padahal kata Rumi : sabarlah, karena sabar adalah kunci kebahagiaan
Salutku pada tukang bubur kacang di ujung gang Babakan
tidak mau menitipkan mimpinya pada siapa-siapa
dalam malam yang penuh kantuk,
dia setia menunggu jerangan air dan adonan ketan hitam
seperti perjalanan rumit merajut cita-cita
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar