Selasa, 06 Maret 2012

Selamat Ulang Tahun TEMPO


Melemparkan ingatan awal tahun 1999, ketika TEMPO terbit kembali. Buat saya, kenangan khusus ketika TEMPO terbit kembali : musibah sekaligus berkah.

Di pertengahan 1998, saat politik sedang bergolak panas, saya menerima tawaran untuk bergabung di majalah D&R. Majalah yang dikelola para "klandestin", pejuang bawah tanah eks majalah TEMPO yang dibredel tahun 1994. Ini adalah media perlawanan, berkali-kali kantor disatronin intel untuk mengintip isi majalah yang akan terbit. Tapi majalah ini hidup segan, mati tak mau. Pembacanya hanya aktivis, yang mayoritas terkenal cekak dompetnya. Saking susahnya, hingga pak Dahlan Iskan mengulurkan bantuan, lewat tangan kanannya : pak Margiono. Singkatnya, tiba suatu masa, majalah ini membuat heboh dengan edisi Cover Gambar Kartu King kepala Soeharto. Lumayan : saya, pak Margiono, mas Bambang Budjono, mas Edi RM diciduk mabes Polri dengan tuduhan super serius : MAKAR.

Tapi angin politik cepat berubah, reformasi menggulung tiran. Cukuplah semalam menginap di Mabes Polri. Hingga terbit kembalilah TEMPO.

Pada saat edisi perdana terbit kembali, TEMPO sudah sangat dinanti. Agen ngantri di percetakan menunggu majalah, sebagian besar sudah bayar di muka. Iklanpun tak kalah ngantri. Perjuangan membesarkan majalah TEMPO edisi terbit kembali tak sulit, karena nama besarnya. Di TEMPO, berseliweran nama-nama besar dunia jurnalistik Indonesia, para tokoh. Hingga tahun 2001 terbitlah Koran Tempo.

Nama besar majalahnya tak banyak menolong koran ini. Perjuangannya tak kalah sulit, apalagi Kompas, salah satu kompetitor menabuh genderang perang. Melarang agen-agennya mengedarkan koran tempo. Pasukan Sirkulasi dengan gigih menembus pasar, bergerilya hingga ke sudut gang untuk mencari agen yang mau mengedarkan. Oplah 140.000 per hari adalah prestasi saat itu.

Maka, di medan perang koran tempo lah kami belajar banyak bahwa mengelola koran itu sulit. tak hanya saya dan pasukan di sirkulasi, bahkan jajaran top manajemen juga memutar otak bagaimana agar koran ini tetap eksis dan selamat. tak jarang, kami kejeblos dalam banyak "jebakan betmen" kebijakan penjualan. Prediksi tak selalu cocok dengan kondisi di lapangan. Banyak kambing hitam, tapi koran itu masih tetap mencoba bertahan.

Hari ini, TEMPO merayakan ulang tahunnya ke 41. Sebuah perjalanan yang super panjang untuk sebuah majalah. Di foto syukuran yang dikirimkan teman-teman, saya melihat wajah-wajah lama teman-teman saya, tentu dengan uban yang makin lebat dan badan yang makin "berisi". Adakah TEMPO makin tua, mungkin tidak. Dia makin dewasa. teman-teman saya sudah merasakan getirnya diombang-ambingkan oplah, berjibaku dengan pendapatan dan berkejaran dengan tagihan.

Tapi TEMPO tetap fokus. banyak cita-cita mereka yang ingin diwujudkan, dengan tenaga yang makin menua. Mereka ingin media ini bertahan, di persaingan industri yang makin kejam. Kekuatan itu yang mustinya kita punya : kekuatan untuk FOKUS dan KONSISTEN.

Selamat Ulang tahun TEMPO, dari jalan Proklamasi, Gedung Jaya hingga Palmerah saya banyak belajar.

Tidak ada komentar: